Rapah Ombo ; Diantara Kemanusiaan dan Peradaban “Sejarah Asal Usul Rapah Ombo” (1)
Jombang, 13 Mei 2025- Jasmerah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) tampaknya ini patut disematkan pada sosok Jumain petani hutan yang terlahir di Jombang, 18 Juni 1982, dengan didampingi dan disemangati oleh […]

Jombang, 13 Mei 2025- Jasmerah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) tampaknya ini patut disematkan pada sosok Jumain petani hutan yang terlahir di Jombang, 18 Juni 1982, dengan didampingi dan disemangati oleh pegiat sosial Arif Wicaksono alias Cak Sinyo dan Andhi Setyowibowo pemilik penerbitan Boenga Ketjil Parimono Jombang, Cak Jumain akhirnya mampu menyelesaikan bukunya walau saat itu ditulis tangan dan dikerjakan berbulan – bulan.

Matajombang.com mencoba untuk merangkum dari buku yang sudah diterbitkan oleh Cak Jumain dengan judul “Babad Lembah Selo Lanang” 2023 dengan tanpa mengurangi dan mengubah esensi cerita tersebut serta persetujuan dari sang penulis maka matajombang.com akan mempublish bersambung karena mungkin ini bisa menjadi wawasan dan alasan kuat mengapa mereka perlu diketahui warga Jombang serta diperhatikan pemerintah daerah kab. Jombang.
Dikisahkan jaman dahulu ada 4 orang mencari tempat bermukim yang aman,nyaman berasal dari Bojonegoro.Mereka bersama dengan istrinya, dari pencarian pertama dibukalah lahan di hutan yang terjal sekarang disebut dusun Bunten tetapi karena susah air mereka pindah lagi. Sampai akhirnya menemukan daratan rendah sebelah selatan gunung Selo Lanang dan gunung Kemenyan dan dianggap sesuai.
Suatu hari salah satu dari mereka bernama Surosono menyembelih sapi di pinggir kedung untuk dikonsumsi dan selalu di situ setiap dia mendapatkan sapi yang akhirnya tempat itu dinamakan mereka Dung Sapi.
Ternyata sapi – sapi di hutan itu milik orang Lamongan dan lama kelamaan mereka mencari penyebabnya dan tahulah siapa pelakunya (Surosono) dan berusaha menangkapnya, maka Surosono mengajak teman-temannya untuk pindah karena sudah dianggap tidak aman. Sampailah mereka pada tempat yang sekarang disebut Rapah Ombo , dibukalah lahan pertanian dan perkebunan.
Surosono di era itu dikenal sebagai orang sakti mulai dari Lamongan,Bojonegoro, Nganjuk dan Jombang. Ia juga dikenal sebagai maling sakti. Setiap mendengar namanya , orang ketakutan dan memilih sembunyi di rumah ditambah kuda putih tunggannya serta ikat hitam dikepalanya menambahnya angker, tetapi sasaran Beliau hanyalah orang kaya jahat dan pelit dan hasilnya selalu dibagikan pada warga yang membutuhkan ala Robin Hood atau Raden Said “ Brandal Lokajaya” mungkin Surosono terinpirasi dari mereka, Surosono dikenal dengan sebutan “Macan Rapah Ombo”.
Alkisah dalam cerita oral / tutur, Surosono pernah ditombak orang dan tubuhnya dirajam dengan tombak dan membiarkan menancap ditubuhnya. Orang itupun pergi mengabarkan pada masyarakat bahwa dia berhasil menghabisinya. Tetapi saat keesokan harinya,masyarakat baru berani mendatangi lokasi itu dan terkejut bahwa hanya tombak yang menancap sementara Surosono sudah raib.
Jangankan orang lain saudara kandung Surosono saja takut. Surosono mempunyai kakak pertama bernama Sonokrono dan kedua bernama Sati sedang pengikutnya bernama Kromojoyo.
Surosono mempunyai istri kakak beradik, pertama Sarijah dan kedua Katijah. Dari sarijah mempunyai anak bernama Samen, saeban, katijo dan Saedak.
Surosono gemar berburu, suatu saat ketika mengejar buruan ia terpeleset dan jatuh ke jurang serta meninggal di sana, beliau dimakamkan di Bunten karena saat itu warga Rapah Ombo tidak memiliki tempat pemakaman . Warga terkejut dan tak percaya bahkan membongkar makamnya untuk membuktikan dan terbukti bahwa Surosono telah meninggal maka beliau dimakamkan kembali. (Had)
Writer: Hadi
Editor: admin